Pesan Moral dan Pelajaran Hidup dari K-Movie Miracle in Cell No. 7

Film Miracle in Cell No.7 meninggalkan kesan mendalam karena cerita yang sangat emosional dan penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan. Film ini mengisahkan tentang seorang ayah, Yong Goo, yang memiliki keterbelakangan mental dan dipenjara secara salah karena dituduh membunuh seorang anak. Meskipun menghadapi ketidakadilan, Yong Goo tetap berusaha menjaga hubungannya dengan putrinya yang sangat ia cintai, Ye Seung.
Ada beberapa pesan moral yang dapat diambil dari film besutan Sutradara Lee Hwan Kyung. Kisah antara hubungan Ayah dan putrinya ini juga dibalut dengan komedi yang membuat film ini tetap segar, namun tidak menghilangkan sisi harunya.
Berikut ini ada beberapa pesan moral dan pelajan hidup yang dapat diambil dari film Mircale in Cell No.7.
Cinta Ayah yang Tidak Ada Batasnya
Kisah cinta ayah yang tak terbatas kepada anaknya dalam film Miracle in Cell No. 7 adalah inti dari narasi yang penuh emosi dan haru. Yong Goo, seorang ayah dengan keterbelakangan mental, memiliki cinta yang luar biasa besar untuk putrinya, Ye Seung. Meskipun memiliki keterbatasan intelektual, cintanya kepada Ye Seung tidak pernah goyah, bahkan ketika ia menghadapi situasi yang sangat tragis.
Cinta Yong Goo kepada Ye Seung tidak diungkapkan melalui kata-kata besar atau tindakan megah, melainkan melalui hal-hal sederhana seperti ingin membelikan tas Sailor Moon untuk Ye Seung. Impian sederhana ini menjadi lambang kasih sayang tulus seorang ayah yang selalu ingin memenuhi kebutuhan kecil anaknya, bahkan dalam kondisi hidup yang sangat sulit.
Menegakkan Keadilan
Selain menggambarkan cinta tanpa batas antara ayah dan anak, Miracle in Cell No. 7 juga mengajarkan pentingnya berlaku adil tanpa pandang bulu. Film ini menggambarkan ketidakadilan yang dialami oleh Yong Goo, seorang pria dengan keterbelakangan mental yang dituduh secara salah melakukan pembunuhan dan pelecehan terhadap seorang anak. Yong Goo menjadi korban sistem hukum yang tidak adil karena ketidakmampuannya untuk membela diri dan kurangnya perlakuan yang setara dari aparat hukum.
Yong Goo dihukum tanpa penyelidikan yang memadai, hanya berdasarkan asumsi dan desakan dari pihak berwenang. Film ini menyoroti bagaimana orang yang berada dalam posisi lemah seringkali menjadi korban ketidakadilan karena tidak diberi kesempatan untuk membela diri secara adil. Hal ini mengingatkan kita bahwa sistem hukum harus melindungi hak-hak semua orang, terutama mereka yang rentan dan tidak bisa membela diri.
Berbuat Baik Tanpa Pamrih
Film ini juga menunjukkan bahwa kebaikan hati dapat hadir dalam situasi yang paling tak terduga dan berasal dari orang-orang yang paling tidak diduga. Meskipun awalnya para narapidana dalam sel nomor 7 bersikap kasar terhadap Yong Goo, seiring berjalannya waktu, mereka menyadari kebaikan hatinya. Mereka pun mulai membantu Yong Goo secara sukarela, tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Mereka bahkan menyelundupkan Ye Seung ke dalam penjara agar Yong Goo bisa bertemu dengan putrinya. Tindakan mereka dilakukan karena kebaikan hati dan simpati terhadap situasi Yong Goo, bukan karena keuntungan pribadi.
Balas Budi Anak Kepada Orangtua
Dalam film ini, Ye Seung berusaha untuk membantu ayahnya meskipun dalam kondisi yang sulit. Ia berjuang untuk membuktikan bahwa ayahnya tidak bersalah dan berusaha menyelamatkan Yong Goo dari hukuman mati. Tindakan ini mencerminkan rasa syukur dan balas budi Ye Seung atas cinta dan pengorbanan yang telah diberikan oleh Yong Goo sepanjang hidupnya.
Di akhir film, Ye Seung menunjukkan betapa besar cinta dan penghormatan yang ia miliki untuk ayahnya, bahkan setelah Yong Goo meninggal. Dia terus mengingat dan menghargai semua pengorbanan yang telah dilakukan Yong Goo untuknya. Ini menunjukkan bahwa balas budi tidak selalu harus berupa tindakan besar, tetapi juga bisa berupa penghargaan dan pengingat terhadap kenangan indah yang telah dibangun bersama.
Meski sudah tayang beberapa tahun lalu, kamu bisa menyaksikan film ini kembali yang tayang di platform streaming Viu.